Fenomena perhatian dan kepedulian salaf terhadap prinsip Ahlis Sunnah wal Jama’ah berupa ‘Mendengar & Taat Pada Penguasa’ ini sangat beragam, sebagaimana yang telah dinukilkan kepada kita melalui riwayat-riwayat yang shahih. Dan berikut ini fenomena perhatian salaf tersebut secara global :
1. Peringatan keras dari memberontak
Contoh nyata dari hal ini adalah apa yang dilakukan oleh Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah yang merupakan teladan mulia di dalam mempraktekkan prinsip taat terhadap penguasa kaum muslimin ini.
Penguasa di zaman beliau telah membangun sebuah ajaran sesat, bahkan ajaran kufur yang disepakati kekufurannya oleh para ulama’.
Dan penguasa memaksa rakyatnya untuk meyakini kekufuran ini dengan kekerasan dan pedang. Banyak sekali para ulama yang ditumpahkan darahnya dikarenakan masalah ini. Ajaran sesat ini ditetapkan menjadi kurikulum di madrasah-madrasah kaum muslimin dan lain-lain berupa musibah dan mala petaka disebabkan kejahatan penguasa kala itu.
Hanbal mengatakan mengisahkan kejadian kala itu :
اجتمع فقهاء بغداد فى ولاية الواثق إلى عبد الله (يعنى الإمام أحمد بن حنبل) و قالوا له: إن الأمر قد تفاقم و فشا (يعنون إظهار القول بخلق القرآن، و غير ذلك) و لا نرضى بإمارته، و لا سلطانه. فناظرهم فى ذلك، و قال: عليكم بالإنكار فى قلوبكم، و لا تخلعوا يدا من طاعة، و لا تشقوا عصا المسلمين، و لا تسفكوا دماءكم و دماء المسلمين معكم، و انظروا فى عاقبة أمركم، و اصبروا حتى يستريح من بر و يُستراح من فاجر، و قال: ليس هذا (يعنى: نزع أيديهم من طاعته صوابا، و هذا خلاف الآثار)
“Para fuqoha’ kota Baghdad pada masa kekuasaan Al-Watsiq berkumpul menemui Abu Abdillah (yaitu Imam Ahmad bin Hanbal) dan mereka berkata kepadanya ; ‘Sesungguhnya masalah ini semakin parah dan semakin berbahaya (yaitu musibah berupa keyakinan sesat yang disebarkan penguasa berupa keyakinan Qur’an adalah makhluk dan juga musibah lainnya). Dan kami tidak ridha dengan kekuasaan dia.
Lantas Imam Ahmad mendebat para ulama’ tersebut dengan menyatakan ; ‘Wajib bagi kalian mengingkari dalam hati kalian, dan jangan mencabut ketaatan kepadanya dan janganlah kalian memporak-porandakan persatuan kaum muslimin. Jangan kalian menumpahkan darah kalian sendiri dan juga darah kaum muslimin (dengan memberontak-pent). Bersabarlah kalian sampai datang pertolongan Allah’
Dan Imam Ahmad mengatakan ; Cara seperti ini, yaitu mencabut ketaatan pada penguasa jahat bukanlah cara yang benar, ia adalah cara yang menyelisihi Atsar.”
(Al-Adab Asy-Syar’iyyah : 1/195-196 Oleh Imam Ibnu Muflih, As-Sunnah : 133 oleh Imam Al-Khallal).
Ini merupakan fenomena paling menakjubkan yang pernah dinukilkan dari salaf kepada kita. Menjelaskan sejauh mana perhatian salaf terhadap prinsip agung ini serta menerangkan dengan gamblang PRAKTEK NYATA madzhab Ahlissunnah Wal Jama’ah dalam permasalahan ini.
2. Mendoakan kebaikan bagi penguasa kaum muslimin.
Imam Al-Barbahari menyatakan :
إذا رأيت الرجل يدعو على السلطان فاعلم أنه صاحب هوى، وإذا سمعت الرجل يدعو للسلطان بالصلاح، فاعلم أنه صاحب سنة إن شاء الله ـ تعالى ـ
“Jika kalian engkau ada seseorang mendoakan keburukan bagi penguasa maka ketahuilah ia seorang pengekor hawa nafsu. Dan jika engkau mendengar ada seseorang mendoakan kebaikan bagi penguasa kaum muslimin, maka ketahuilah ia adalah seorang pengikut Sunnah insya’Allah.”
Kemudian beliau menukilkan ucapan Fudhail bin Iyadh yang berkata :
لو أن لي دعوة مستجابة ما جعلتها إلا في السلطان.
قيل له: يا أبا علي فسر لنا هذا.
قال: إذا جعلتها في نفسي لم تعدني، وإذا جعلتها في السلطان صلح، فصلح بصلاحه العباد والبلاد.
Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, akan aku peruntukkan bagi penguasa.
Dikatakan kepada beliau ; Wahai Abu Abdillah, tafsirkanlah ucapanmu itu kepada kami !’
Beliau menjawab : ‘Jika doa tersebut aku peruntukkan bagi diriku ia tidak akan kembali kepadaku. Jika aku peruntukan bagi penguasa, ia akan menjadi baik, dan jika penguasa baik maka rakyat dan negri pun akan ikut baik.'”
Imam Al-Barbahari kembali menyatakan :
فأمرنا أن ندعو لهم [بالصلاح] ، ولم نؤمر أن ندعو عليهم وإن ظلموا، وإن جاروا؛ لأن ظلمهم وجورهم على أنفسهم، وصلاحهم لأنفسهم وللمسلمين.
“Kita diperintahkan untuk mendoakan kebaikan bagi penguasa dan tidak memerintahkan untuk mendoakan keburukan bagi mereka meskipun mereka zalim serta jahat. Karena kezaliman dan kejahatan penguasa untuk mereka sendiri, sedang kebaikan penguasa itu untuk diri mereka dan juga untuk kaum muslimin.”
(Syarhus Sunnah : 1/113-114, Oleh Imam Al-Barbahari).
3. Memberikan udzur bagi penguasa.
Subhanallah ! jadi kapan waktunya jika demikian ? apakah ketika kepala-kepala sudah putus terpenggal beterbangan dan darah kaum muslimin sudah ditumpahkan ? atau apakah ketika kekacauan sudah menyebar kemana-mana dan rasa aman sudah hilang ?
Penyebab rusaknya manusia dalam memahami prinsip ini adalah terlalu mengikuti hawa nafsu serta mengedepankan akal dari pada dalil. Maka kitab ini berisi dalil-dalil syar’i serta nukilan-nukilan dari salaf mari pasang telinga dan penglihatan kita dengan baik semoga Allah ta’ala berkenan menganugrahkan taufik kepada kita semua serta menjauhkan kita dari kesesatan hawa nafsu serta fitnah yang buruk.